PEREMAJAAN (REPLANTING) KELAPA SAWIT :
TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN TANTANGANNYA
Bengkulu. Dengan harga produk komoditi kelapa sawit (minyak sawit) yang
tinggi, petani kebun kelapa sawit tentunya menghendaki tanaman kelapa sawitnya tetap pada kondisi panen yang maksimum agar hasil penjualan Tandan Buah Segar (TBS) mereka dapat mendatangkan penghasilan yang cukup tinggi.
Memang secara alami, produksi
tanaman kelapa sawit akan terus meningkat ditopang pula dengan penerapan
kultur teknis yang optimal sampai pada kondisi umur
tertentu, produksi akan mencapai
puncaknya, dan kemudian akan terus menurun pada akhirnya saat umur
tanaman sudah tua (tidak produktif),
produksi tanaman akan menurun tajam bahkan tidak berproduksi
sama sekali. Dalam kondisi seperti ini para petani pekebun
kelapa sawit akan mengalami masa suram
apabila kebun kelapa sawit mereka tidak segera di remajakan (replanting). Jadi pada prinsip dasarnya kepentingan bagi
petani pekebun untuk melakukan
replanting (peremajaan) tanaman Kelapa sawit adalah sebagian
tanaman sudah berumur tua, produktivitasnya
menurun, kegiatan panen akan terhambat (sulit), biaya produksi tidak seimbang dengan pendapatan dan
pendapatan semakin menurun.
Kapan
saatnya
harus melakukan
peremajaan...??? Terdapat beberapa pertimbangan
dalam menentukan saat petani pekebun harus melakukan peremajaan.
Pertimbangan Dalam Melakukan Peremajaan antara lain adalah umur
tanaman sudah tua (umumnya 19 - 25 tahun). Secara fisiologis tanaman tua seperti ini memiliki produktivitas yang
semakin menurun, sehingga dipandang tidak lagi memberikan keuntungan secara
ekonomis malah bisa merugi. Umumnya batas umur ekonomis yang digunakan sebagai
patokan teknis untuk tanaman kelapa sawit rata-rata 25 tahun, namun tidak
jarang umur ekonomis hanya mencapai 19 tahun.
Pada umur tanaman tua ini produktivitas tanaman rendah (umumnya < 12 ton/ha/th tidak ekonomis atau rata-rata 1 ton/ha/bl). Tanaman yang berproduksi rendah sebagai akibat dari umur tanaman sudah
tua atau tumbuhnya kurang jagur dan dianggap kurang menguntungkan. Kesulitan pelaksanaan panen juga dijadikan sebagai pertimbangan
dalam menentukan saat petani pekebun harus melakukan peremajaan kebunnya. Tanaman yang sudah tua umumnya memiliki pohon
tinggi yang dapat menyulitkan saat pemanenan, sehingga efektivitas dan
efisiensi panen menjadi rendah karena ongkos produksi menjadi mahal. Kebun yang sudah tua kerapatan
tanaman umumnya rendah, sehingga tanaman dengan kerapatan yang rendah tidak
ekonomis untuk dikelola sehingga perlu diremajakan.
DAMPAK
REPLANTING…… Adanya
periode non produktif tanaman (produktivitas tidak ekonomis), maka penghasilan
pekebun akan terputus, kontinuitas
pabrik tidak dapat terjaga akibat berkurangnya pasokan
TBS, kemungkinan peluang penjarahan terhadap lahan cukup
rawan. Persiapan yang harus dilakukan agar kegiatan replanting yang direncanakan
dapat berjalan dengan baik, maka segala hal yang berhubungan dengan kegiatan replanting
tersebut harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Salah satu yang sangat perlu
dipersiapkan adalah bibit kelapa sawit yang direkomendasikan. Dengan penggunaan
bibit unggul (bibit rekomendate) dan sistem pembibitan yang baik maka akan
diperoleh kebun kelapa sawit dengan potensi produksi yang tinggi dimasa depan.
Persyaratan Bahan Tanaman adalah salah satu langkah awal yang sangat penting dengan cara ketepatan
pemilihan bahan tanaman akan menentukan keberhasilan pertanaman hingga mencapai akhir
usia produktif tanaman yang diharapkan yaitu 25 –
30 tahun kedepan. Oleh sebab itu,
pemilihan jenis atau varietas tanaman selain memenuhi syarat teknis, ekonomis,
sosial dan lingkungan harus juga sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak
diperkenankan memakai bahan tanaman unggul lokal. Sesuai PP No. 44 Tahun 1995 Tentang Perbenihan Tanaman,
dan Peraturan Menteri Pertanian No. 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang
Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, Bab III SERTIFIKASI Bagian
Kesatu Umum Pasal 11 ayat 1 dan 2, Pasal 12 ayat 1 sampai 3. Bibit siap tanam yang benar adalah bibit yang
memiliki sertifikat dari Lembaga yang berwenang yaitu Balai Pengawasan dan
Pengujian Mutu Benih (BP2MB) Perkebunan.
Persiapan pembibitan. Sebelum melakukan replanting kita harus
mempersiapkan bibit yang unggul agar tanaman kita dapat berproduksi dengan
optimal. Bibit yang unggul hanya dapat diperoleh dari bahan tanaman unggul dan
bersumber dari sumber benih yang terpercaya. Salah satu produsen bahan tanaman
unggul yang terbesar di Indonesia saat ini adalah Pusat Penelitian Kelapa
Sawit.
Selain dari bahan tanaman yang unggul, proses pelaksanaan
pembibitan yang baik dan benar juga menjadi salah satu kunci sukses untuk
menghasilkan bibit kelapa sawit yang unggul dan berkualitas. Pemilihan lokasi pembibitan
seperti topografi
rata (< 15 %), dekat dengan
sumber air dan tersedia sepanjang tahun, akses jalan
yang baik, aman dari gangguan hama,
ternak, “manusia”.
Sudah tersediakah Teknologi Alternatif Teknik Peremajaan
Kelapa Sawit saat ini ???
Saat ini telah dikenal ada 3 sistem peremajaan tanaman kelapa sawit yang
umum dilakukan yakni sistem Underplanting,
sistem Konvensional, dan sistem
Intercroping. TEKNIK UNDERPLANTING, adalah sistem
peremajaan kelapa sawit dengan menanam tanaman baru diantara barisan tanaman tua. Mengapa sistem
underplanting menjadi pilihan ? Salah
satu alasan dan keuntungan dari teknik peremajaan sistem underplanting adalah masih dapat diperolehnya hasil
dari tanaman tua sementara kegiatan peremajaan tetap berjalan. Dengan sistem ini pendapatan
pekebun tidak serta merta terhenti, masih diperolehnya penghasilan dari panen
tanaman tua (yg belum ditumbangkan), disamping itu dapat menjaga keberlangsungan
pasokan TBS ke PKS (walaupun jumlah berkurang), mencegah terhadap kemungkinan penjarahan lahan (terutama
lahan perusahaan besar), dan terlihata seolah-olah tidak ada masa “Bero”.
Teknik pelaksanaan underplanting.
Sebelum
penumbangan tanaman tua, dilakukan pengolahan tanah yaitu sekali bajak dan
diikuti dengan garu 1 dan 2. Teknik
underplanting dengan penumbangan adalah dengan cara sebelum
penanaman tanaman baru maka dilakukan
penumbangan atau perobohan 50% tanaman
tua (berselang satu baris), rumpukan
disusun arah utara-selatan pada baris tanaman yang ditumbang, penanaman
tanaman baru dilakukan pada jalur
yang sudah ditumbang, pemancangan dilakukan mengikuti
jarak tanam pohon yang lama, yaitu di tengah
antara 3 tanaman awal. Teknik underplanting
dengan Peracunan. Peracunan dilakukan terhadap
tanaman tua (25% dari populasi awal) pada saat tanaman muda berumur telah berumur ± 1 tahun dan 2 tahun. Teknik
peracunan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Pada batang kira-kira pada ketinggian 1 m dari pangkal batang dibuat lubang sedalam 30 cm dengan posisi miring ke bawah dengan sudut ± 450.
- Lubang tersebut diisi dengan cairan berbahan aktif glyposate, pada umumnya ialah jenis Round up sebanyak 50 cc/pohon (satu pohon 2 lubang).
- Lubang ditutup kembali dengan bekas potongan batang atau tanah (lempung).
- Pada umumnya daun sudah nampak kering dua minggu kemudian, peracunan diulangi lagi terhadap tanaman yang masih segar.
Pemeliharaan terhadap tanaman baru.
- Perawatan tanaman muda pada prinsipnya sama dengan perawatan tanaman kelapa sawit muda pada umumnya, meliputi: pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama/penyakit.
- Hama dan penyakit yang sering timbul pada penerapan sistem underplanting adalah Oryctes sp dan Ganoderma sp.
- Pengendalian hama Oryctes sp dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : Secara mekanis yaitu dengan mengutip Oryctes sp yang ada di dalam pelapah. Pemberian bahan kimia seperti marshall pada tajuk daun muda (pupus) atau dengan aplikasi Feromon (ferotrap).
Sedangkan
pengendalian ganoderma dapat dilakukan dengan menggunakan Marfu.
Pemupukan:
dosis pemupukan dinaikkan menjadi 1,5 kali dosis
standard yang ditetapkan oleh PPKS Medan.
Mengapa
Banyak Kegagalan Dengan Sistem Underplanting ???

Dengan penerapan sistem Underplanting secara disiplin, seharusnya
memberikan hasil yang memadai. Namun hasil pengamatan di lapangan menunjukkan
bahwa penerapan underplanting di lapangan banyak yang mengalami gagal total.
Tanaman baru tidak tumbuh seperti yang kita harapkan, selain itu produksinya
jauh dari harapan. Bahkan beberapa kebun terpaksa melakukan tanam ulang
terhadap areal underplanting.
Apa Kelemahan
sistem underplanting ???
- Tertekannya pertumbuhan tanaman muda akibat kompetisi terhadap cahaya matahari menghasilkan produktivitas rendah.
- Terbukanya kesempatan berkembang biak bagi Oryctes rhinoceros (kumbang kelapa).
- Areal peremajaan yang telah terinfeksi atau menjadi endemi penyakit Ganoderma sering terjadi serangan penyakit Ganoderma yang sangat membahayakan.
- Terjadi kerusakan terhadap tanaman muda akibat penumbangan, khususnya pada underplanting yang menggunakan sistem penumbangan bertahap. Tanaman tertimpah pelepah atau batang tanaman tua. Batang tanaman tua yang telah diracun akan membusuk dan melapuk secara perlahan. Hal ini dapat menyebabkan pelepah atau batang dari tanaman tua tersebut jatuh/tumbang dan menimpa tanaman muda yang ada di bawahnya, kondisi akan menyebabkan pertumbuhan tanaman muda menjadi terganggu.
- Tanaman baru tidak tumbuh sesuai standar akibat pelaksanaan kultur teknis yang tidak standar. Berbeda dengan sistem peremajaan konvensional, dalam underplanting penerapan kultur teknis sedikit lebih rumit. Tanaman tua yang ada akan sedikit menyulitkan pelaksanaan kultur teknis.
- Terkadang terpaksa dilakukan tanam ulang pada areal underplanting sehingga menambah biaya baru.
- Pelaksanaan teknik underplanting yang tidak disiplin, peracunan tanaman tua terlambat tidak sesuai jadwal, sehingga pertumbuhan tanaman baru menjadi terhambat. Peracunan tanaman tua tidak dilakukan secara disiplin pada saat peremajaan, dengan alasan petani pekebun masih ingin memperoleh hasil dari tanaman tua yang belum diracun, sehingga pekebun merasa sayang untuk meracun tanaman karena masih berproduksi. Akibatnya pertumbuhan tanaman muda menjadi terganggu akibat etiolasi dan persaingan dengan tanaman tua.
- Areal underplanting sebagian merupakan endemi dari penyakit Ganoderma, dengan teknik underplanting tidak dimungkinkan pembersihan bonggol kelapa sawit yang menjadi sumber inokulum penyakit bagi tanaman baru. Pembersihan bonggol kelapa sawit tidak mungkin dilakukan sehingga tanaman muda banyak yang terserang penyakit Ganoderma akibat bersentuhan langsung dengan bonggol tanaman tua.
- Serangan kumbang Oryctes pada tanaman muda disebabkan oleh sisa-sisa batang kelapa sawit tua menjadi tempat berkembangnya kumbang Oryctes dan serangan kumbang ini terkadang sering mematikan tanaman muda. Batang tanaman tua yang telah diracun akan membusuk dan tidak tertutup oleh tanaman penutup tanah sehingga berpotensi besar untuk menjadi inang bagi perkembangan hama Oryctes (kumbang tanduk).
- Kultur teknis yang tidak standar, terutama pemupukan sering tidak tepat jumlah dan tepat waktu akan akan menghambat pertumbuhan tanaman muda.
Pemeliharaan
tamnaman Baru pada sistem underplanting.
- Perawatan tanaman muda pada prinsipnya sama dengan perawatan tanaman kelapa sawit muda pada umumnya, meliputi: pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama/penyakit.
- Hama dan penyakit yang sering timbul pada penerapan sistem underplanting adalah Oryctes sp dan Ganoderma sp.
- Pengendalian hama Oryctes sp dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : Secara mekanis yaitu dengan mengutip oryctes sp yang ada di dalam pelepah, Pemberian bahan kimia seperti marshall pada tajuk daun muda (pupus), Dengan aplikasi Feromon (ferotrap).
- Sedangkan pengendalian ganoderma dapat dilakukan dengan menggunakan Marfu, Pemupukan: dosis pemupukan dinaikkan menjadi 1,5 kali dosis standard yang ditetapkan oleh PPKS
Adakah Alternatif Sistem
Peremajaan Lainnya ?
Mengingat banyaknya kendala penerapan teknik
underplanting, khususnya untuk petani pekebun maka perlu alternatif lain. Alternatif
lain yang dapat menggantikan sistem underplanting meliputi: Peremajaan secara konvensional dipadu dengan
intercropping dengan tanaman semusim (masa TBM).
Peremajaan tanaman secara bertahap (penumbangan
tidak berselang), cara seperti teknik konvensional tetapi areal yang ditumbang
tidak sekaligus (2-3 tahap). Kesinambungan
pendapatan merupakan pertimbangan utama dalam pemilihan teknik peremajaan
kelapa sawit rakyat. Teknik
underplanting memiliki kelemahan yang terkadang menjadi masalah serius dan
menyebabkan kegagalan dalam penerapan
teknik ini yaitu potensi serangan hama Oryctes dan penyakit Ganoderma yang cukup tinggi. Jika
pekebun memilih teknik underplanting, maka sangat diperlukan
disiplin tinggi untuk mengurangi resiko kegagalan. Salah satu alternatif teknik
peremajaan yang disarankan adalah teknik peremajaan secara
konvensional dipadukan dengan sistem intercropping dengan tanaman semusim. (Naz : opini).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar